1. Pengertian dan Prinsip Belajar
a. Pengertian belajar
Pengertian belajar menurut Anita E. Woolfolk (1993) bahwa belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relative permanent pada individu.
Definisi Agih Syamsudin (1981) adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi.
Santrock and Yussen (1994) menegaskan bahwa “learning is defined as a relatively permanent charge in behavior that occurs though experiences.” Ada 4 kata kunci dari definesi kata belajar yaitu perubahan, pengetahuan-perilaku-pribadi, permanent dan pengalaman. Secara komperhensif bahwa belajar merupakan aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanent.
Ada sejumlah karakteristik perbuatan belajar yang perlu diketahui yaitu:
1) Perubahan yang terjadi harus bertujuan (internasional) dalam arit disengaja atau disadari, bukan bersifat kebetulan.
2) Perubahn bersifat positif artinya bahwa perubahan itu menjadi lebih baik sebagaimana yang dikehendaki, sesuai dengan criteria yang telah disepakati baik siswa maupun guru.
3) Untuk dapat dikatakan sebagai belajar, perubahan harus benar-benar hasil pengalaman yaitu interaksi antara individu dengan orang lain sedangkan perubahan yang diakibatkan karena kematangan bukanlah dapat dikatakan sebagai belajar.
4) Perubahan bersifat efektif artinya bahwa belajar itu menghasilkan perubhan yang berarti secara fungsional baik untuk pemercahan masalah akademik maupun persoalan kehidupan sehari-hari bagi kelangsungan hidup individu.
Para ahli psikologi kognitif menekankan bahwa perubahan belajar adalah perubahan kognitif dan mereka yakin bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu ahli psikologi kognitif tertarik pada kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diamati, seperti berfikir, mengingat, mencipta dan memecahkan masalah. Para ahli psikologi behavioral setuju bahwa perubahan akibat belajar adalah perubahan perilaku dan penekanan adanya factor eksternal terhadap individu. Sehingga perubahan individu dapat diamati begitu juga sebaliknya perubahan yang tidak dapat dilihat dan diamat tidak dapat digolongkan sebagai hasil dari aktifitas belajar. Para ahli psikologi gestalt menekankan bahwa perubahan akibat belajar adalah perubahan pribadi secara keseluruhan aritnya bahwa belajar tidak hanya dapat dilihat akibatnya hanya dari satu aspek tetapi secara keseluruhan aspek individu seperti pikiran, emosi, perilaku dan kepribadian secara total.
Dari pandangan diatas maka hasil perubahan belajar dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pengetahuan (knowledge), penguasaan perilaku (kognitif, afektif, psikomotorik) dan perbaikan keseluruhan kepribadian.
2. Belajar sebagai Proses Terpadu
Belajar ini dipahami sebagai proses yang memungkinkan semua aspek yang meliputi aspek fisik, social, emosional, intelektual dan moral dapat terlibat secara aktif ketika kegiatan belajar itu berlangsung. Sehingga hal ini dapat memberikan sumbangan terhadap tujuan pendidikan nasional yaitu manusia yang berkualitas yang diwujudkan dengan tercapainya pembentukan manusia yang utuh.
Untuk dapat menampakkan keberadaan belajar sebagai proses terpadu ada hal-hal yang harus diperhatikan :
1) Belajar berfungsi secara penuh untuk membantu perkembangan individu seutuhnya. Individu dengan belajar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara utuh tidak bersifat fragmentaris, memenuhi segala kebutuhan dirinya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan irama perkembangan.
2) Belajar sebagai aktivitas pemerolehan pengalaman menempatkan individu sebagai pusat segala-galanya. Artinya bahwa pengalaman yang ada dilingkungan dapat dijaikan sebagai subyek belajar sehingga kegiatan belajar merupakan aktivitas yang menyenangkan dan memungkinkan semua aspek diri individu terundang untuk terlibat secara total dalam proses pembelajaran.
3) Belajar lebih menuntut kepada terciptanya suatu aktivitas yang memungkinkan adanya lebih banyak keterlibatan siswa secara aktif dan intensif yang dapat dilakukan dengan pemberian tugas proyek dan pendirian pusat-pusat belajar yang berperan sebagai pusat sumber belajar.
4) Belajar menempatkan individu pada posisi yang terhormat dalam suasana kebersamaan dalam penyelesaian persoalan yang dihadapi. Untuk itu diperlukan belajar kooperatif sebagai sub system dari system pengajaran dan pendidikan. Dengan belajar kooperatif akan merangsang individu mengoptimalkan dirinya dalam perkembangan intelektual.
5) Belajar sebagai proses terpadu mendorong setiap siswa untuk terus menerus belajar. Siswa belajar tidak hanya sebatas usaha mendapatkan informasi melainkan yang lebih penting adalah berusaha memproses informasi.
6) Belajar sebagai proses terpadu memberikan kemungkinan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk memilih tugasnya sendiri, mengembangkan kecepatan belajarnya sendiri dan bekerja berdasarkan standar yang ditemukan sendiri. Siswa mendapat kebebasan sepenuhnya untuk menentukan posisi dan langkah yang tepat dan sesuai dengan kondisi obyektif dirinya. Siswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap pengalaman belajarnya sendiri.
7) Belajar sebagai proses terpadu dapat berfungsi dan berperan secara efektif bila dapat diciptakan lingkungan belajar secara total yang tidak hanya memberikan dukungan fasilitas terhadap peningkatan pertumbuhan dan pengembangan semua aspek. Hal ini sangat didukung dengan keadaan lingkungan yang kondusif yang dapat memberikan kebebgasan siswa untuk melakukan berbagai explorasi dan kegiatan yang lebih berarti.
Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi tidak harus dilakukan secara terpisah, melainkan secara terpadu. Keterpaduan dilakukan antar komponen dalam suatu bidan studi tertentu dan antar bidang studi. Suasana keterpaduan diharapkan mampu membekali siswa kemampuan memecahkan masalah secara holistic.
9) Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan keluarga. Perlu disadari bahwa keberhasilan keseluruhan aspek anak tidak cukup hanya dengan sentuhan guru disekolah yang terbatas waktunya. Pendidikan anak dapat berhasil apabila proses pendidikan yang berlangsung terus menerus baik disekolah maupun diluar, terutama keluarga. Dengan demikian keterlibatan orangtua sangat berarti bagi keberhasilan pendidikan anak-anak.
3. Proses Psikologi Belajar Anak
Proses belajar anak merupakan sesuatu yang tidak mudah dipahami oleh orang lain (guru, maupun orang tua). Bias jadi saat anak bermain jual beli mereka belajar tentang matematika. Sebegitu misterinya sehingga tidak ada satu penjelasan yang sama. Ada beberapa teori yang mencoba memahami psikologis belajar anak, masing-masing teori berdasarkan filosofinya sendiri, teori-teori tersebut adalah
a. Teori Belajar Behavioral
Dalam teori ini terdapat sejumlah prinsip yaitu
1. Classical Conditioning
Adalah assosiasi respon yang otomatik terhadap stimulus yang baru. Yang diperoleh sebelumnya secara berulang-ulang. Disini bisa dikatakan bahwa prinsip continuity berperan penting, prinsip ini menegaskan bahwa apabila 2 peindraan terjadi bersama dan berulang-ulang maka keduanya menjadi saling terkait. Sehingga apabila 1 dari stimulus terjadi maka lainnya akan teringat pula sebagai hasilnya muncullah satu jawaban yang otomatis.
Melalui prinsip ini, manusia dan binatang dapat belajar merespon secara otomatik terhadap suatu stimulus yang sebelumnya tidak berefek/berefek yang berbeda. Respon sebagai hasil belajar dapat berupa: takut, senang dan respon fisiologis (ketegangan otot).
Contohnya pada experiment Ivan Pavlov tentang respon anjing untuk mengeluarkan air liur membuktikan bahwa anjing apabila diberi respon makanan maka anjing akan mengeluarkan air liur, disini makanan bisa dikatakan sebagai unconditional stimulus, air liur unconditional respons ketika hal itu terjadi secara otomatis. Experiment ke-2 pavlov membunyikan garpu tala saat itu juga anjing mengeluarkan air liur, tetapi disini anjing belum menerima makanan, dapat dikatakan suara garpu menjadi conditional stimulus, sedangkan air liur dikatakan conditioned respons.
Dengan prosedur classical conditioning dapat digunakan untuk membantu orang lain belajar menciptakan respon emosional yang adaptif, dengan cara :
§ Kaitkanlah kejadian yang positif dan menyenangkan dengan tugas belajar
§ Berikan bantuan kepada siswa untuk mengahadapi situasi yang penuh kecemasan secara sukarela
§ Bantulah siswa mengenal perbedaan dan kesamaan diantara situasi dimana mereka dapat mendiskriminasikan dan menggeneralisasikan
2. Operant Conditioning
Operant Conditioning adalah belajar dalam hal mana perilaku otomatis diperkuat atau diperlemah oleh consequence atau antecendence (santrock and Yussen;1992)
Penelitian operant conditioning menunjukkan bahwa perilaku dapat diubah melalui pengubahan antecendent, consequences atau keduannya.
Santrock dan Yussen menjelaskan bahwa ada perbedaan utama antara classical conditioning dengan operant conditioning.
1) Operant Conditioning selalu lebih baik daripada classical conditioning dalam menjelaskan respon yang voluntair (otomatis), sebaliknya classical conditioning lebih baik dalam menjelaskan respon yang tak otomatis.
2) Stimulus yang menguasai perilaku dalam classical conditioning menghulur perilaku, sementara stimulus yang menguasai perilaku dalam operant conditioning mengikuti perilaku.
Skinner menjelaskan operant conditioning sebagai bentuk belajar yang memungkinkan consequence perilaku mengarahkan perubahan terhadap kemungkinan kejadian perilaku.
Pengukuhan (reinforcement) untuk hadiah adalah suatu consequence yang meningkatkan kemungkinan suatu perilaku itu terjadi sebaliknya hukuman merupakan consequence yang menurunkan kemungkinan suatu perilaku itu terjadi. Pada dasarnya, pengukuhan itu kompleks dapat berbentuk positif dan berbentuk negative. Pengukuhan positif, frekuensi suatu respon meningkat karena respon itu diikuti oleh stimulus yang menyenangkan. Pengukuhan negative, frekuensi suatu respon meningkat disebabkan respon menghindar dari stimulus yang tidak mennyenangkan/membiarkan anak untuk menolah stimulus.
Ada beberapa susunan pengukuhan yang dapat meningkatkanefektifitas pengukuhan diantaranya interval waktu, pembentukan, penjadwalan, dan pengukuhan primer dan sekunder.
1) Belajar adalah lebih efisien dalam operant conditioning ketka interval stimulus dan 5responnya sangat singkat. Sejalan dengan aturan bahwaq belajar itu lebih memungkinkan ketika interval antara stimulus dan respon lebih berdasarkan detik daripada menit atau jam.
2) Pembentukan (shaping) adalah proses menghadiahi perkiraan perilaku yang dikehendaki. Shaping diharapkan untuk mengembangkan perilaku yang dikehendaki.
3) Penjadwalan pengukuhan adalah penjadwalan pengukuhan parsial dengan aturan-aturan yang menentukan kejadian ketika suatu respon akan dikukuhkan. Penjadwalan didasarkan sepenuhnya atas interval waktu dan frekwensi perilaku spesifik (pejadwalan rasio).pengukuhan parsial (partial reinforcement) adalah suatu penjadwalan pengukuhan dalam hal mana suatu respon tidak di kukuhkan setiap waktu ketika respon terjadi.
4) Pengukuhan primer dan sekunde. Pengukuhan primer melibatkan penggunaan pengukuhanyang dapai memuskansendiri tanpa melalui belajardari lingkungan. Adapun pengukuhan sekunder mendapatkan nilai positifnya melalui pengalaman, dengan demikian pengukuhan sekunder itu dapat dipelajari atau bersifat conditional.
Penggunaan hukun menurut Santrotock dan Yussen 1992;
a. Hukuman dapat mengarahkan kepada perilaku melarikan diri atau menghindar.
b. Ketikla suatu respon dikurangi dan dieliminer secara berhasil oleh hukuman dan tidak ada perilaku yang tidak disukai akan perilaku yang kena hukuman.
c. Seorang yang menjalankan hukuman yang berperan sebagai suatu model perilaku agresif.
d. Perilaku yang disukai mungkin dapat di eliminer sepanjang perilaku itu tidak disukai.
3. Pembentukan Kebiasaan (Habituation)
Santrock dan Yussen (1992) menegaskan bahwa pembentukan kebiasaan (habituation) adalah presentasi suatu stimulus yang terjadi berulang-ulang yang dapat menyebabkan kurangnya perhatian terhadap stimulus. Sebaliknya dishabitution adalah suatu minat bayi yang terbarui terhadap suatu stimulus.
Pengetahuan habituasi dan dishabituasi dapat bermanfaat bagi interaksi orang tua dan bayinya.
4. Peniruan (Imitation)
Konsep initasi yang dikemukakan oleh Albert Bandura yaitu bahwa imitasi terjadi ketika anak-anak belajar perilaku baru dengan melihat orang lain. Kemampuan belajar pola-pola perilaku mengobservasi dapat menghilangkan perilaku belajar yang trial dan error.
Eksperimen Bandura lainnya menggambarkan bagaimana belajar observasi dapat terjadi dengan melihat suatu perilaku model baik yang dikuatkan dengan hadiah maupun hukuman. Imitasi tidak akan secara otomatis terjadi padda setiap individu hanya dengan mengamati model perilaku tertentu. Tetapi perilaku yang disertai dengan pengukuhan cenderung memberikan pengaruh yang berarti bagi individu yang mengamati perilaku itu.
Proses spesifik yang mempengaruhi perilaku pengamat yang mengikuti perilaku model, antara lain:
Ø Perhatian (attention)
Atensi ke model sangat dipengaruhi oleh karakteristik pelaku perilaku model. Misalnya individu yang menarik, hangat, kuat, dan unik cenderung lebih menarik perhatian dari pada individu yang dingin, lemah, dan kurang menarik.
Ø Ingatan (retention)
Artinya bahwa untuk menghasilkan perilaku model. Menangkap suatu informasi dan menyimpannya baik-baik dalam ingatan, sehingga pada suatu saat dapat dengan mudah dimunculkan atau diingat kembali. Perbuatan deskripsi verbal secara sederhana dapat membantu upaya retensi.
Ø Reproduksi motorik
Individu yang menghadiri suatu perilaku model yang mengingatnya baik-baik apa yang ia amati, tetapi karena keterbaataasan dalam perkembangan motorik, maka mereka tidak mampu menghasilkan perilaku model.
Ø Kondisi pengukuhan atau insentif
Karena tidak ada pengukuhan yang tepat, kemungkinan gagal mengulang perilaku dapat terjadi walaupun tahu apa yang model katakana, dan menyimpan informasi yang didapatkan dengan sebaik-baiknya dan memiliki kemampuan motorik untuk melakukan hal yang sama
b. Teori Kognitif
1 Perbedaan pandangan Kognitif dan Behavioral
Pada dasarnya pandangan kognitif berbeda dengan pandangan behavioral dalam asumsinya tentang apa yang dipelajari. Berikut ini beberapa perbedaan antara pandangan kognitif dengan pandangan behavioral :
No.
|
Aspek Perbedaan
|
Pandangan Kognitif
|
Pandangan
Behavioral
|
1
|
Yang dipelajari
|
Pengetahuan dan perubahan dalam pengetahuan yang menyebabkan adanya perubahan perilaku
|
Perilaku baru itu sendiri yang dipelajari.
|
2
|
Pandangan terhadap pengukuhan
|
Pengukuhan sebagai umpan balik (feed back)
|
Pengukuhan memperkuat respon.
|
3
|
Fungsi pengukuhan
|
Mengurangi ketidakpastian dan mengarahkan pada rasa memahami dan mendalami
|
Memberi informasi tentang apa yang memungkinkan terjadi jika perilaku itu diulangi.
|
4
|
Metode yang digunakan untuk melakukan studi tentang belajar
|
Rentangan situasi belajar yang lebih luas.
|
Binatang yang dikontrol dalam laboratorium.
|
2 Pengetahuan dan Pandangan Kognitif
Woolfolk menyatakan bahwa pengetahuan adalahhasil belajar. Pendekatan kognitif menyaraqnkan bahwa salah satu elemen yang paling penting dalam proses belajar adalah apa yang individu bawa kedalam situasi belajar. Apa yang telah kita ketahuimenentukan apa yang akan kita pelajari, ingat, dan lupa. Pengetahuan menciptkan persepsi kita, memfokuskan perhatian kitaq dan merupakan penampang ingatan.
Pengetahuan penting untuk memahami dan mengingat informasi yang baru. Studi Recht Le4slie menyatakan bahwa pemilik dasar pengetahuan yang baik lebih penting daripada memiliki strategi belajar yang baik dalam memahami dan mengigat.
c. Teori Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan ini menekankan pada pikiran rasional anak yang sedang berkembang dan tahap-tahap pikiran. Proses kognitif dipandang sebagai mediator penting daklam mengaitkan pengalaman lingkungan dengan perilaku anak. Pandangan Piaget, pikiran dipandang lebih penting dipandng sebagai mediator hubungan mediator dan perilaku. Dalam teori Piaget, ada beberapa konsep kunci yang perlu dipahami yaitu:
a) Adaptasi, dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bahwa setiap setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kecenderungan adaptasi ini mempunyai 2 komponen atau 2 proses yang komplementer yaitu:
o Asimilasi, yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah lingkungan guna menyesuaikan dengan dirinya sendiri.
o Akomodasi, yaitu kecenderungan organisme untuk merubah dirinya sendiri dengan keliling.
b) Kecenderungan Organisasi
Hal ini dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Untuk memaknai keberadaan dunia, anak-anak secara kognitif harus mengorganisasi pengalamannya. Organisasi menurut menurut Piaget yang mengelompokkan perilaku terpisah kedalam suatu aturan yang lebih tinggi, sistem kognitif yang berfungsi lebih tinggi
c) Equilibrium, adalah suatu mekanisme dalam teori Piaget yang menjelaskan bagaimanaanak berubah dari satu fase pikiran ke fase berikutnya. Prinsip equilibrium yang bersifat biologis ini menjaga agar perkembangn tidak merupakan hal yang tidak karuan, melainkan suatu proses yang teratur.
Hubungan antara adaptasi dan organisasi bersifat komplementer. Bila suatu organisme mengadakan organisasi aktifitasnya, maka ia mengasimilasikan kejadian baru pada struktur nyang sudah ada pada situasi baru.
i. Tahapan perkembangan pikiran Piaget
Tahapan perkembangan pikiran piaget terdiri atas :
§ Tahapan sensomotorik (0-2 : 0 th) bayi mengembangkan kemampuan untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi dan persepsi dengan gerakan fisik dan perilakunya. Fase ini bermula dari saat kelahiran, saat bayi sedikit mampu mengkoordinasikan indra dengan tindakan dan berakhir pada usia dua tahun, saat dia mempunyai pola sensomotorik yang kompleks dan mulai mengadopsi sistem symbol primitive.
§ Tahap preoperasional (2 : 1 – 7 : 0) konsep-konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, keakuan mulai secara menguat dan kemudian melemah dan kepercayaan magic dibangun.
Fase preoperrasional merupakan fase periode menunggu yang menyenangkan untuk datangnya fase operasional kongkrit.
Operasi adalah seperangkat tindakan yang terinternalisasikan, yang memungkinkan anak dapat berbuat secara mental tentang sesuatu sebelumnya telah dilakukan secara fisik.
Fase preoperasional adalah permulaan kemampuan untuk mengkonstruk pada level pikiran yang telah mapan dalam bentuk perilaku, yang juga mencakup suatu transisi dari penggunaan symbol-simbol yang primitive sampai yang lebih canggih.
Karakteristik fase preoperasional :
– banyak muncul pikiran simbolik daripada sensomotorik
– ketidakmampuan terlibat dalam operasi
– tidak mampu membalik tindakan secara mental
– kurangnya keterampilan berbicara
– egosentrik atau ketidakmampuan membedakan antara perspektif dirinya sendiri dengan perspektif orang lain.
– Tindakannya lebih bersifat intuitif daripada logic.
§ Fase operasional kongkrit (7 : 11 – 11 : 0) suatu tindakan mental yang dapat diputarbalikkan berdasarkan objek yang real dan kongkrit.
Dalam memahami pikiran operasional kongkrit sangat diperlukan ide tentang konservasi dan klasifikasi.
Konservasi melibatkan pengenalan bahwa panjang, jumlah, berat kuantitas, luas,berat, dan volum obyek dan substensinya tidak berubah oleh transformasinya yang merubah penampilannya.
Horizontal decalage adalah konsep Piaget yang menjelaskan bagaimana kemampuan yang sama tidak tampak pada waktu yang sama dalam suatu fase perkembangan.
Salah satu keterampilan penting sebagai karakteristik anak-anak pada fase operasional kongkrit adalah kemampuan mengklasifikasi atau membagi sesuatu kedalam himpunan atau subhimpunan dan mempertimbangkan saling keterhubungannya.
§ Fase operasional formal (11 : 1 – 15 : 0) memungkinkan kekuatan berpikir dapat mengembangkan wawasan kongnitif baru dan social. Pikiran anak pada fase ini mejadi lebih abstrak, logic dan idealistic; lebih mampu mengkaji pikirannya sendiri, pikiran orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan lebih memungkinkan dapat menginterpretasikan dan memantau dunia social.
Pada fase ini anak mulai perpikir lebih sebagai ilmuwan berpikir dalam merencanakan pemecahan masalah dan menguji alternative penyelesaian lebih sistematis.
ii. Teori perkembangan kognitif Vygotsky
Vygotsky (Santrock and Yussen : 1992) bahwa perkembangan kognitif anak tidak akan terjadi dalam tempat yang bebas dari kehidupan social.
§ Tingkat terendah ZPD adalah tingkat kemampuan memecahkan masalah yang dapat dicapai oleh anak dengan bekerja sendiri.
§ Tingkat tertinggi ZPD (zona of proximal development) adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak-anak dengan bantuan instruktur yang mumpuni.
Penekanan teori vygotsky adalah pentingnya pengaruh social terhadap perkembangan kognitif dan peranan pengajaran terhadap perkembangan anak.
– Vygotsky berpendapat bahwa struktur mental dan kognitif anak terbentuk melalui hubungan antara fungsi-fungsi mental. Bahasa dan pikiran dalam hal ini dipandang sangat penting.
– Ada dua prinsip yang mempengaruhi bergabungnya bahasa dan pikiran yaitu:
1. semua fungsi mental berasal dari lingkungan eksternal dan social
2. anak-anak harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk sepanjang waktu sebelum transisi dari percakapan eksternal ke internal.
– Vygotsky menekankan tingkat institusional dan interpersonal dalam konteks social pada tingkat institusional.
Interaksi institusional memberikan anak-anak norma-norma perilaku dan social yang luas untuk membimbing kehidupannya. Tingkat interpersonal memiliki pengaruh lebih langsung terhadap fungsi mental anak.
– Vygotsky (Santrock and Yussen, 1992) menegaskan bahwa keterampilan fungsi mental berkembang melalui interaksi social yang bersifat segera.
d) Pemrosesan Informasi
Studi pemrosesan informasi anak berkembang dengan pemrosesan dasar seperti persepsi, perhatian,ingatan, dan berpikir.
1). Pendekatan pemrosesan informasi adalah suatu kerangka dasar untuk memahami anak belajar dan berfikir. Untuk memahaminya kita perlu menganalisa tatacara anak-anak mendapatkan informasi, menyimpan informasi, dan mengefaluasi untuk tujuan tertentu.
Prinsi belajar tradisional sedikit sekali menaruh perhatian terhadap peran mental dan pikiran anak, tetapi teori Piaget justru lebih banyak menemukan pentingnya peran mental dan pikiran dalam belajar. Oleh karena itu, diperlukan kerangka pikir pemrosesan informasi untuk mengoreksi pendapat teori belajar tradisional dan teori Piaget tentang perkembangan. Para ahli psikologi pemrosesan informasi mencoba untuk menulis program computer untuk menampilkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
2). Proses informasi data yang diperlukan anak ada dua, yaitu perhatian dan ingatan. Perhatian (attention) adalah konsentrasi dan pemusatan kegiatan mental yang bersifat selektif dan berubah. Ingatan ( memory) adalah bekerja dengan setiap langkah yang diambil dengan setiap ide yang dipikirkan dan dengan setiap kata yang diucapkan. Untuk belajar dan menalar yang sukses, anak-anak pelu memegang erat informasi yang didapatkan dan mencari kembali informasi yang telah disimpan lama. Sistem ingatan ada dua yaitu ingatan jangka panjang dan ingatan jangka pendek.
3). Dalam proses kognitif tingkat tinggi ada 3 tema yaitu:
– Pemecahan masalah (Problem solving) merupakan upaya menemukan suatu cara yang sesuai untuk mencapai tujuan ketika tujuan itu tak tersedia.
– Pemantauan kognitif (kognitif monitoring) adalah proses pengambilan bahan tentang apa yang baru saja dilakukan, apa yang akan dilaksanakan berikutnya dan sejauh mana efektifitas kegiatan itu dilaksanakan.
– Berpikir kritis (critical thinking) adalah mencoba mencari makna yang lebih mendalam tentang persoalan, menjaga keterbukaan atau kebebasan dalam merumuskan pendekatan dan perspektif yang berbeda dalam berpikir reflektif dari pada menerima pernyataan serta melaksanakan prosedur tanpa pemahaman yang berarti.
4). Memahami kehidupan anak sehari-hari sangatlah tergantung pada pengetahuan anak tentang orang, tempat dan yang lain. Efisien dan efektifitas kegiatan anak sangatlah tergantung pada pengetahuan awal yang dimiliki oleh anak tentang aktifitas itu. Jika pengetahuan terbatas maka mungkin individu mengalami kesulitan menghadapi persoalan kehidupannya.
Beberapa aspek yang sangat pentingdalam mengetahui peranan pengetahuan dalam aktifitas kognitif anak yaitu:
– Konsep merupakan suatu kategori yang digunakan untuk mengelompokkan obyek, peristiwa dan karakteristik berdasarkan sifat-sifat umum.
– Jaringan semantik adalah penyimpanan informasi umum yang diorganisasi seiring dengan bertambahnya besar dan usia serta bertambah kompleknya jaringan, membantu anak-anak menghubungkan beberapa idenya secara tepat dan semua ide yang ada harus diwujudkan untuk memenuhi apapun tugas yang dianggap perlu.
– Skema adalah informasi konsep peristiwa dan pengetahuan yang telah ada dalam jiwa individu. Skema mempengaruhi bagaimana seorang anak yang menginterpretasikan informasi baru. Skema berasal dari pertemuan yang terdahulu dengan lingkungan yang mempengaruhi cara anak-anak membuat kode, membuat kesimpulan tentang dan menelusuri informasi. Umumnya anak-anak telah memiliki skema untuk cerita, layout ruang dan kejadian umum.
– pengetahuan metakognitif adalah segmen pengetahuan dunia yang diperoleh yang melibatkan masalah-masalah kognitif. Berdasarkan salah satu tokoh psikologi perkembangan kognitif John Flavell (santrock and Yussen, 1992) bahwa pengetahuan kognitif dapat dibagi dalam pengetahuan tentang orang (dirinya sendiri dan semua manusia), tugas dan strategi.
5). Perbedaan individu dalam pemrosesan informasi adalah disadari bahwa terjadi perbedaan individu dalam suatu kelas tentang kemampuannya memproses informasi dan tergantung pada gaya kognitif (cognitive style) yaitu cara individu yang secara umum konsisten untuk memproses informasi.
e) Implikasi proses belajar anak terhadap pengembangan KBM (Developmentally Appropriate Practice)
Perbuatan belajar tidak hanya diorientasikan kepada pembentukan dan peningkatan salah saatu aspek tetapi keseluruhan aspek individu. Kebutuhan pengembangan anak tidak hanya pencapaian prestasi akademik saja tetapi aspek social dan emosional dengan ini mendorong guru untuk menjadikan belajar sebagai proses interaktif. Hal ini dapat dilakukan dengan lingkungan social dan fisik secara luas.
Read Full Post »