Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘landasan filosofis Pendidikan’

A. TUJUAN

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat memahami manusia dalam berbagai dimensinya serta implikasinya terhadap pendidikan.

 

B. DESKRIPSI MATERI

  1. Sosok Manusia dalam Berbagai Dimensinya

Manusia adalah makhluk Tuhan YME. Hal ini jelas bagi kita atas dasar keimanan; dalam  konteks filsafat hal ini didasarkan pada argumen kosmologis; sedangkan secara faktual terbukti dengan adanya fenomena kemakhlukan yang dialami manusia.

Manusia adalah kesatuan badani-rohani. Sebagai kesatuan badani-rohani, manusia hidup dalam ruang dan waktu,  sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, serta tujuan hidup.

Manusia memiliki potensi untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan berkarya. 

Dalam eksistensinya manusia memiliki dimensi individualitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Adapun semua itu menunjukkan adanya dimensi interaksi atau komunikasi, historisitas, dan dimensi dinamika.

Dimensi historisitas menunjukan bahwa eksistensi manusia saat ini terpaut pada masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya.  Ia berada dalam perjalanan hidup, perkembangan dan pengembangan diri. Ia memang lahir sebagai manusia tetapi belum selesai mewujudkan diri sebagai manusia.

Idealnya manusia mampu memenuhi berbagai kebutuhannya secara wajar, hidup sehat, mampu mengendalikan insting dan hawa nafsunya, serta mampu mewujudkan berbagai potensinya secara optimal ; bebas,  bertanggung jawab serta mampu mewujudkan  peranan  individualnya, mampu melaksanakan peranan-peranan sosialnya, berbudaya, bermoral serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Sehingga dengan demikian ia mampu berinteraksi atau berkomunikasi secara mono-multi dimensi, serta terus menerus secara sungguh-sungguh menyempurnakan diri sebagai manusia untuk mencapai tujuan hidupnya (dunia-akhirat).

  1. Manusia sebagai Makhluk yang Perlu Dididik dan Dapat Dididik

Setelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia.  Untuk menjadi manusia, ia perlu dididik dan mendidik diri.  Sehubungan dengan ini M.J. Langeveld  (1980) menyebut manusia sebagai Animal Educandum.

Ada tiga prinsip antropologis yang mendasari perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan mendidik diri, yaitu: (1) prinsip historisitas, (2) prinsip idealitas, dan (3) prinsip faktual/posibilitas.

Kesimpulan bahwa manusia perlu dididik dan mendidik diri, mengimplikasikan bahwa manusia dapat dididik.  Sehubungan dengan ini, M.J. Langeveld (1980) juga menyebut manusia sebagai Animal Educabile.

Ada lima prinsip antropologis yang mendasari bahwa manusia dapat dididik yaitu: (1) prinsip potensialitas, (2) prinsip dinamika, (3) prinsip individualitas, (4) prinsip sosialitas, dan (5) prinsip moralitas.

 

Pendidikan sebagai Humanisasi

Sebagaimana dinyatakan Karl Jaspers, bahwa  “to be a man is to become a man”, sedangkan untuk menjadi manusia, manusia perlu didik dan mendidik diri, implikasinya maka pendidikan harus befungsi memanusiakan manusia. Pendidikan adalah humanisasi.

Sebagai Humanisasi, pendidikan hendaknya dilaksanakan untuk membantu perealisasian/pengembangan berbagai potensi manusia, yaitu potensi untuk mampu: beriman dan bertaqwa tehadap Tuhan YME, berbuat baik, hidup sehat, potensi cipta, rasa, karsa dan  karya. Semua itu harus dikembangkan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam konteks kehidupan keberagamaan, moralitas, individualitas, sosialitas dan kultural. Dalam hal ini, pendidikan hendaknya dilaksanakan sepanjang hayat. Selain itu, materi dan cara-cara pelaksanaan pendidikan perlu dipilih atas dasar asumsi tentang hakikat manusia dan tujuan pendidikan yang diturunkan daripadanya.

Read Full Post »